<div style="text-align: justify;"> Tengah meradangnya COVID-19 Seakan membuat seluruh dunia amat cemas dan waspada akan pertumbuhan virus yang kian hari kian banyak memakan korban. Setidaknya berdasarkan data yang dilansir dari Pusat Krisis Kesehatan (PKK) Kementrian Kesehatan Indonesia tercatat hingga tanggal 28 maret 2020 pukul 16.00 Wita sebanyak 598.245 kasus terkonfirmasi secara global diseluruh dunia yang juga disinyalir akan terus mengalami pertambahan. Kemudian kasus kumulatif yang terjadi di Indonesia sebanyak 1.155 kasus dimana terdapat 59 kasus sembuh dan 102 kasus meninggal. Khususnya di Bali sendiri berdasarkan data yang dilansir dari Satgas Penanggulangan COVID-19 Provinsi Bali kasus yang terkonfirmasi sebanyak 9 orang dinyatakan positif COVID-19, 2 orang meninggal yang merupakan WNA dan 7 orang dalam pengawasan (Update Data per 27 Maret 2019).</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> <div> Ditengah kekawatiran ini, masalah belum usai. Maraknya khasus COVID-19 membuat masyarakat kembali diresahkan dengan adanya berita hoax yang bertebaran dikalangan masyarakat khususnya pengguna media sosial. Tercatat hingga 28 Maret 2020 terdapat beberapa berita hoax yang menggegerkan masyarakat diantaranya informasi di lockdownnya Bali selama 4 hari untuk nyepi, surat penutupan Kabupaten Gianyar, kompensasi 350rb untuk masyarakat, berita 7 PNS terjangkit COVID-19 di Denpasar dan terakhir adalah Surat Keputusan Gubernur tentang perpanjangan status darurat bencana. Yang semuanya sudah terkonfimasi secara resmi melalui akun media sosial resmi Pemprov Bali.</div> <div>  </div> <div> Disinilah dibutuhkan pemahaman bagi seluruh masyarakat Bali, kewaspadaan dan kekawatiran kita semua haruslah termanajemen dengan baik. Karena tak ayal banyak juga masyarakat ketika mendapatkan informasi berupa Salinan ataupun informasi yang di sebarluaskan melalu whatsapp langsung di share kembali pada orang-orang melalui grup yang mereka miliki. Hal ini tentu saja menuai kekawatiran yang berkesinambungan bagi masyrakat, terlebih banyaknya sumber-sumber informasi yang dishare membuat masyarakat menjadi kebingungan untuk mencerna informasi dengan baik.</div> <div>  </div> <div> <div> Untuk itu tulisan ini mengajak seluruh masyarakat untuk mulai cerdas dalam menerima dan mengirimkan informasi agar tidak termakan dengan berita HOAX/disinformasi. </div> <ol> <li> Kenali sumber informasi yang valid. Contoh sumber informasi yang valid seperti Pusatkrisis.kemkes.go.id/covid-19-id (Kemenkes) atau situs resmi WHO dalam penanganan COVID-19 (www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019)</li> <li> Perhatikan keaslian gambar atau surat yang beredar. Pastikan anda semua teliti dalam melihat foto yang terdapat dalam berita ataupun surat-surat yang memuat tanda tangan.</li> <li> Tidak ikut tergesa-gesa dalam menyebar luaskan informasi yang belum diketahui kebenarannya.</li> <li> Ikut dalam media diskusi anti HOAX</li> <li> Dan juga segera laporkan aduan kepada dinas Kominfo bila menemukan persebaran berita HOAX.</li> </ol> <div> Nah jadi penting sekali bagi kita semua untuk menambah wawasan kita minimal kita dapat mengidentifikasi secara mandiri yang mana berita yang patut kita percayai dan mana yang tidak patut kita percayai. Semoga ditengah merebaknya COVID-19 masyarakat tidak panik secara berlebihan namun lebih pada mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak keluar rumah dan juga mengikuti aturan kesehatan yaitu menjauhi physical distancing dan juga selalu menjaga kebersihan, gunakan masker dan handsinitazer.</div> <div> Semoga Indonesia lekas membaik.</div> <div>  </div> <div> Sumber data:</div> <div> Pusatkrisis.kemkes.go.id/covid-19-id </div> <div>  </div> <div> KIM/BKS/001</div> </div> </div>
MASYARAKAT BUTUH EDUKASI! CEGAH HOAX COVID-19, SIMAK TIPSNYA!
30 Mar 2020