<p style="text-align: justify;"> Sumber: Buku Profil Desa Bongkasa</p> <p style="text-align: justify;"> Pada jaman prasejarah, Desa Bongkasa Konon dahulu kala daerah ini masih merupakan hutan belantara dan semak – semak yang tanahnya berpalung – palung pada saat ini dibawah kekuasaan Ratu Mengwi karena tanah sebelah barat Sungai Ayung merupakan kekuasaan Ratu Mengwi. Entah berapa tahun kemudian Ratu Mengwi mengutus orang kepercayaannya yang bernama I Gede Geredegan dan I Made Tanggu untuk merabas daerah sebelah barat Sungai Ayung, utusan tersebut tidak berani menolak tugas itu. I Gede Geredegan dan I Made Tanggu melakukan tugas menuju tanah sebelah barat Sungai Ayung dengan mengambil lokasi disebelah barat Puira Sima yang ada sekarang.</p> <p style="text-align: justify;"> Pekerjaannya hanya merabas hutan sambil menanam tanaman yang bisa dinikmati, tetapi sayangnya mereka tidak mengajak istrinya sehingga tidak menumbuhkan anak sebagai keturunannya (sentana). Kendatipun demikian dia tetap bertahan (teguh dalam hutan atau wana) sehingga tempat tersebut diberi nama TEGUH WANA dan lama kelamaan menjadi TEGUAN.</p> <p style="text-align: justify;"> I Gede Geredegan dan I Made Tanggu membagi tugas dengan kesepakatan I Gede Geredegan kembali ke Puri Mengwi untuk melaporkan hasil pekerjaan atau tugas yang diembannya dan I Made Tanggu dengan setianya menunggui batas timur kerajaan Mengwi, tak lama kemudian ada berita bahwa Isteri atau Rabi Ratu Mengwi mengalami sakit keras dan pada saat itu keadaan terpaksa Ratu Mengwi ( Raja Mengwi )mengundang para Pendeta dan para Dukun atau Tabib yang ada di Istana maupun yang ada di luar Istana untuk memberikan pertolongan mengobati Isteri Ratu Mengwi ( Raja Mengwi ) namun satupun tidak ada yang berhasil untuk mengobati Isteri Ratu Mengwi.</p> <p style="text-align: justify;"> Kabar berita itu telah tersebar kesegala penjuru hingga sampai kedaerah Manuaba di Gianyar, kala itu berita didengar oleh orang tua Jero Ketut Tangsub dan segera orang tua Jero Ketut Tangsub, mengutus Jero Ketut Tangsub untuk berangkat ke Puri Mengwi untuk memberi pertolongan atau pengobatan kepada Isteri Ratu Mengwi (Raja Mengwi ). Jero Ketut Tangsub tidak berani menolak apa yang diberitahukan oleh ayahnya dan segera berangkat ke Puri Mengwi dengan peralatan berupa sebuah tas yang terbuat dari <em>Ate</em> yang sering disebut dengan <em>Kompek Gandek </em>yang berwarna warni, sehingga baik dipandang yang dilengkapi dengan isinya antara lain : sirih, kapur, pinang, tembakau dan tempat penumbuknya (pengelocokan) yang berguna untuk camilan penghangat mulut serta dapat dimanfaatkannya sebagai serana didalam melakukan pengobatan.</p> <p style="text-align: justify;"> Dalam perjalanannya banyak rintangan – rintangan yang ditemui tetapi dapat diatasi, setelah sampai didepan Puri Mengwi kelihatan masyarakat serta Para Patih sibuk keluar masuk Puri Mengwi, karena para Rsi, Pandita kerajaan, Dukun yang ahli dalam mengobati sudah pada berdatangan, guna meladeni Para Rsi, Pandita Kerajaan dan para Dukun untuk melakukan pengobatan dengan mengucapkan beraneka ragam Japa Mantra pengobatan ( Usada ) Para Rsi Pandita dengan khusuknya mengucapkan Japa Mantra untuk meminta restu pengobatan agar Isteri Ratu Mengwi sembuh. Pada saat bersamaan dibawah pohon beringin ada seorang dagang rujak yang sedang asyiknya berjualan dan Jero Ketut Tangsub tiba dijaba Puri Mengwi dan bertanya kepada pedagang rujak “ Ibu pedagang rujak, berapakah dapat ongkos orang – orang yang berkeliaran keluar masuk Puri itu ?”. Mendengar perkataan itu rasanya terlalu mengejek, lalu pedagang rujak melapor ke Puri Mengwi kepada para Patih, mendengar laporan tersebut semua Patih Ratu Mengwi marah dan ingin membunuh orang tesebut (Jero Ketut Tangsub).</p> <p style="text-align: justify;"> Jero Ketut Tangsub dipanggil menghadap ke Puri  oleh para Patih dan dipaksa untuk mengatakan apa maksud kata – kata” Berapakah dapat ongkos orang – orang yang berkeliaran keluar masuk Puri itu “ dengan tenangnya ketut tangsub menjawab “ maksud hamba apakah orang yang berhasil  mengobati Istri Ratu Mengwi bisa sembuh mendapatkan imbalan “ tanpa memberikan jawaban para patih langsung menyuruh Jero Ketut Tangsub mengobati Isteri Ratu Mengwi yang sakit supaya sembuh, kalau tidak mau Jero Ketut Tangsub akan dibunuh oleh para Patih Mengwi.</p> <p style="text-align: justify;"> Dengan wajah berseri – seri Jero Ketut Tangsub mengikuti para Patih ketempat Istri Ratu Mengwi setibanya di ruangan Istri Ratu Mengwi tergolek lemas, dengan kekuatan batin Jero Ketut Tangsub mengeluarkan sebuah tas/gandek sebagai serana pengobatan dan diciptanya menjadi Balai Pemujaan (Pawedan), isi tas/gandeknya dicipta sebagai perlengkapan untuk melakukan Japa Mantra dan akhirnya memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar Jero Ketut Tangsub diberkati mengobati Isteri Ratu Mengwi. Setelah melakukan pemujaan Dia mohon ijin kepada Ratu Mengwi agar diijinkan untuk melakukan pengobatan dengan cara pembersihan dengan air yang disucikan dan dipercikan keseluruhan badannya Isteri Ratu Mengwi, setelah diperciki air sucinya, sembuhlah Isteri Ratu Mengwi. </p> <p style="text-align: justify;"> Dengan sembuhnya Isteri Ratu Mengwi, Jero Ketut Tangsub menerima berkah dari Ratu Mengwi ( Raja  Mengwi )  berupa secutak tanah dengan tempat yang dipilih oleh Jero Ketut Tangsub seluas 10 Ha ,setelah selesai tugas yang dilaksanakannya dan telah selesai pula semua pembicaraan dengan Ratu Mengwi, Jero Ketut Tangsub berpamitan kepada Ratu Mengwi guna mencari tempat yang diberikan oleh Ratu Mengwi, Ratu Mengwi memerintahkan I Gede Geredegan dan Istrinya untuk mengikuti dan selalu mendampingi Jero Ketut Tangsub dalam keberangkatannya menuju kearah timur, dalam perjalannya Jero Ketut Tangsub sambil memegang sehelai daun lontar, setibanya didaerah ketinggian Jero Ketut Tangsub memandangi kearah timur dan dilihatlah suatu pertanda seberkas sinar merah terbias dari langit hingga ketanah  yang merupakan suatu sinar merah keemasan yang penuh dengan hawa kesucian yang dirasakan oleh Jero Ketut Tangsub dan I Gede Geredegan.</p> <p style="text-align: justify;"> Disanalah Jero Ketut Tangsub duduk beristirahat dengan memegang gandek yang dibawanya sambil membuat sebuah geguritan pupuh ginada yang disurat pada sehelai daun lontar yang telah dibawanya :</p> <p style="text-align: justify;"> <em>Ada kidung anyar teka</em></p> <p style="text-align: justify;"> <em>Mijil saking rangde langit</em></p> <p style="text-align: justify;"> <em>Kawi muda kepupungan</em></p> <p style="text-align: justify;"> <em>Sira Lajua mintar kidung</em></p> <p style="text-align: justify;"> <em>Iseng – isengan menyurat</em></p> <p style="text-align: justify;"> <em>Anggen nyarwi</em></p> <p style="text-align: justify;"> <em>Ban ibuk larane liwat</em></p> <p style="text-align: justify;"> Setelah membuat beberapa bait geguritan Jero Ketut tangsub langsung menuju tempat yang terdapat sinar merah keemasan itu, sambil mengupas ciri – ciri sinar yang dilihatnya, sehingga ciri – ciri tersebut diartikan Rangde Langit yaitu sinar merah keputih-putihan yang muncul dari langit yang mana dalam bahasa balinya mengandung arti Bang Akasa, lama kelamaan orang – orang mengatakan Bongkasa yang sekarang ini disebut dengan  Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Dengan kesuburan tanahnya dan keamanan yang sangat menjajikan maka lama kelamaan daerah ini banyak pendatangnya yaitu dari:</p> <p style="text-align: justify;"> Pengembungan berasal dari Pengembungan Tabanan dan kedatangan dari Kedewatan (Gianyar), Tanggayuda (Gianyar), sayan (Gianyar), Kambang (Samuan Carangsari), Kutaraga (Punggul dan Pengembungan), Tohpati (Kambang dan Samuan)</p> <p style="text-align: justify;"> Sehingga Desa Bongkasa menjadi 2 Desa Adat yaitu :</p> <p style="text-align: justify;"> 1. Desa Adat Bongkasa</p> <p style="text-align: justify;"> 2. Desa Adat Kutaraga</p> <p style="text-align: justify;"> Desa Bongkasa terdiri dari 10 Banjar Dinas yaitu :</p> <ol> <li style="text-align: justify;"> Banjar Kedewatan berasal dari Desa Kedewatan Gianyar (IÇaka 1655 / 1733 M)</li> <li style="text-align: justify;"> Banjar Tanggayuda berasal dari Desa Tanggayuda Gianyar</li> <li style="text-align: justify;"> Banjar Sayan Agung berasal dari Desa Sayan Gianyar</li> <li style="text-align: justify;"> Banjar Sayan Tua berasal dari Desa Sayan Gianyar</li> <li style="text-align: justify;"> Banjar Pengembungan Sari berasal dari Desa Pengembungan, Tabanan</li> <li style="text-align: justify;"> Banjar Teguan berasal dari Teguh Wana</li> <li style="text-align: justify;"> Banjar Pengembungan berasal dari Desa Pengembungan, Tabanan</li> <li style="text-align: justify;"> Banjar Kambang berasal dari Desa Samuan</li> <li style="text-align: justify;"> Banjar Kutaraga berasal dari Br. Pengembungan & Desa Punggul</li> <li style="text-align: justify;"> Banjar Tohpati berasal dari Banjar Kambang Desa Bongkasa</li> </ol> <p style="text-align: justify;"> Demikian uraian kami mengenai sejarah Desa Bongkasa mudah- mudahan ada menfaatnya dan akhirnya kami tak lupa mohon maaf andaikata ada yang tidak berkenan dihati Bapak/Ibu/saudara dan akhirnya mohon saran-saran atau petunjuk kepada yang ahli dibidang sejarah.</p> <p style="text-align: justify;"> Download Logo Desa Bongkasa: <a href="https://niluhrositadewi.blogspot.com/2020/01/logo-desa-bongkasa-terbaru.html">https://niluhrositadewi.blogspot.com/2020/01/logo-desa-bongkasa-terbaru.html</a></p> <p style="text-align: justify;"> Terima kasih</p> <p style="text-align: justify;">  </p> <p style="text-align: justify;"> 001/KIM/BKS</p>
Sejarah Desa Bongkasa Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
04 Feb 2020